Kelebihan
dan Kelemahan Teori Post Structuralism
Dari penjabaran di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam menganalisis teks. Kelebihan dari teori poststrukturalisme ini
merupakan kelemahan dari teori sebelumnya, yaitu teori structuralism. Beberapa kelebihan dari post structuralism diantaranya:
1.
Dalam
teori structuralism, muncul penanda
dan petanda. Sedangkan teori post
structuralism melihat lebih jauh dari penanda dan
petanda tersebut.
Contohnya pada
penggunaan credit card, pemaknaan
bahasa kartu kredit dalam pendekatan strukturalis berarti sebuah kartu kredit
yang dikeluarkan bank dan berlaku universal.
Pemohon kartu kredit harus memiliki persyaratan tertentu untuk mendapatkan
kartu tersebut. Simbol yang dimaknai bersama dalam kartu tersebut baik oleh
pembeli maupun penjual bahwa dalam penggunaan kartu ini hanya dengan
menggesekkan ke alat tertentu dan bank akan mengeluarkan kredit pinjaman kepada
pemegang kartu. Kata-kata dalam bahasa “tinggal gesek” dimaknai secara
strukturalis sebagai alat kemudahan membayar. Namun, post structuralism memandang kartu tersebut kurang bermanfaat.
Simbol kartu yang dimaknai sebagai alat tukar bergengsi justru dimaknai oleh post structuralism sebagai penciptaan
masalah baru. Makna kewajiban membayar berbeda pemaknaannya oleh kartu, karena
ketidakmampuannya untuk membayar cicilan. Bila kewajiban yang harus dipenuhi
oleh pemegang kartu kredit untuk melunasi atau mencicil hutang tidak
dijalankan, maka ada sanksi tertentu terhadap pemegang kartu, baik denda maupun
sanksi hukum, bila tidak sanggup membayar.
Bila dilihat dari sudut
pandang pengetahuan atau kekuasaan, maka orang-orang yang mengetahui kebaikan
dan keburukan kartu, tentu akan menguasai kartu tersebut (menggunakan kartu
tersebut sebaik-baiknya). Pemilik kartu akan mempelajari beberapa beban
bunganya dalam sebulan atau setahun, berapa biaya administrasinya, berapa
dendanya bila terlambat, berapa iuran anggotanya pertahun dan setiap tanggal
berapa dia harus membayar tagihan serta berapa yang harus dibayar. Menurut
pandangan Faucau, hal ini berkaitan dengan kekuasaan. Jadi, pemegang kartu yang
memiliki pengetahuan, dia akan berkuasa (menggunakan kartu tersebut dengan
sebaik mungkin). Namun, bila tidak maka pihak bank yang akan berkuasa (beruntung)[1].
2.
Dalam
teori structuralisme, dari struktur
membentuk subjek. Di dalam teori strukturalisme ada power. Sedangkan teori post-structuralism,
subjek (aktor) yang membentuk struktur sehingga subjek (aktor) ini
mendapatkan identitas karena ada power.
Sebab, identitas adalah hal yang terpenting karena dengan itu dapat memberikan
makna terhadap suatu objek dalam pemikiran kaum post-strukturalis[2]
Contoh :
Renaissans adalah
contoh dari pernyataan Post-Strukturalisme tersebut dimana pada saat itu
kekuatan negara bisa menciptakan sebuah pengetahuan yang wajib diyakini masyarakatnya
melalui pemaksaan. Bahasa juga merupakan alasan Post-strukturalisme atas
pernyataannya bahwa strukturalisasi adalah hasil dari adanya komunikasi bahasa
tersendiri yang juga dipengaruhi oleh budaya dan sejarah yang berbeda-beda.
Konstruksi-konstruksi yang berlaku di masyarakat tidak lain adalah dampak dari
struktural yang memiliki bahasa tersendiri.
Ashley (1996) Lebih
jelas mengatakan bahwa terdapat fenomena dimana terdapat bahasa yang digunakan
untuk tujuan konstruksi ilmu agar pengetahuan mudah dipaksakan terhadap
masyarakat. Ashley (1996) juga mengatakan bahwa ada hubungan antara power dan
identitas. Jadi lebih tepatnya adalah, sebuah power memberikan peranan penting
terbentuknya sebuah pengetahuan yang selanjutnya pengetahuaan akibat power tersebut
menjadi sebuah identitas bagi seorang aktor dalam kehidupan sosial[3]
Sedangkan kelemahan post structuralism adalah cara pandang
dalam menganalisis sebuah karya sastra. Teori ini hanya menekankan pada
pemaknaan sebuah karya dari perspektif pembaca. Sedangkan dalam sebuah karya
sastra juga tentu ada perspektif dari penulis, misalnya dalam sebuah karya
sastra tentu ada plot, setting, characteristic dan sebagainya. Dalam suatu karya ada satu pusat
makna yang menjadi satu kekuatan dalam mempersatukan semua unsur tersebut.
Jadi, untuk memahami sebuah karya sastra pembaca harus terlebih dahulu memahami
struktur dalam teks kemudian menginterpretasi teks[4].
Contohnya, seorang tukang pembuat kursi pasti lebih mengetahui segala sesuatu
mengenai kursi buatannya daripada seorang pembeli. Begitu pula dengan karya
sastra, sudah tentu yang lebih mengetahui makna suatu karya satra tersebut
adalah pengarang, karena karya sastra tercipta melalui bahasa yang tertulis
dalam teks, yang mana teks tersebut ditulis oleh seorang pengarang. Sehingga,
mustahil pembaca dapat menafsirkan makna tanpa adanya pengarang, teks dan
bahasa dalam suatu karya sastra.
[1] Teori Strukturalisme dan Post
Structuralisme. diakses dari http://sociolovers-ui.blogspot.co.id/2012/06/strukutralisme-bahasan-dalam-topik-ini.html
pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
[2] Devi Anggraini.Post-Structuralisme serta Post-Kolonialisme sebagai
Teori Alternatif. diakses dari http://geheimniser.com/post-strukturalisme-serta-post-kolonialisme-sebagai-teori-alternatif/
pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
[3] Richard Ashley, 1996. The
achievements of post-structuralism, in; Steve Smith, Ken Booth & Marysia
Zalewski (eds.) International Theory: Positivism and Beyond hlm. 240-253
diakses dari http://atikah-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-139792-SOH201%20Teori%20Hubungan%20Internasional-PostStrukturalisme%20dan%20PostKolonialisme%20Sebagai%20Pihak%20Oposisi.html
pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
[4] Lia Purwaningsih, Post
Structuralism. diakses dari http://liapurwaningsih-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-86352-Umum-Post%20strukturalisme.html
pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
No comments:
Post a Comment