Saturday, December 24, 2016

Post Structuralism - Kelebihan dan Kelemahannya



Kelebihan dan Kelemahan Teori Post Structuralism
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menganalisis teks. Kelebihan dari teori poststrukturalisme ini merupakan kelemahan dari teori sebelumnya, yaitu teori structuralism. Beberapa kelebihan dari post structuralism diantaranya:
1.                       Dalam teori structuralism, muncul penanda dan petanda. Sedangkan teori post
structuralism melihat lebih jauh dari penanda dan petanda tersebut.
Contohnya pada penggunaan credit card, pemaknaan bahasa kartu kredit dalam pendekatan strukturalis berarti sebuah kartu kredit yang dikeluarkan bank dan berlaku universal. Pemohon kartu kredit harus memiliki persyaratan tertentu untuk mendapatkan kartu tersebut. Simbol yang dimaknai bersama dalam kartu tersebut baik oleh pembeli maupun penjual bahwa dalam penggunaan kartu ini hanya dengan menggesekkan ke alat tertentu dan bank akan mengeluarkan kredit pinjaman kepada pemegang kartu. Kata-kata dalam bahasa “tinggal gesek” dimaknai secara strukturalis sebagai alat kemudahan membayar. Namun, post structuralism memandang kartu tersebut kurang bermanfaat. Simbol kartu yang dimaknai sebagai alat tukar bergengsi justru dimaknai oleh post structuralism sebagai penciptaan masalah baru. Makna kewajiban membayar berbeda pemaknaannya oleh kartu, karena ketidakmampuannya untuk membayar cicilan. Bila kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang kartu kredit untuk melunasi atau mencicil hutang tidak dijalankan, maka ada sanksi tertentu terhadap pemegang kartu, baik denda maupun sanksi hukum, bila tidak sanggup membayar.
Bila dilihat dari sudut pandang pengetahuan atau kekuasaan, maka orang-orang yang mengetahui kebaikan dan keburukan kartu, tentu akan menguasai kartu tersebut (menggunakan kartu tersebut sebaik-baiknya). Pemilik kartu akan mempelajari beberapa beban bunganya dalam sebulan atau setahun, berapa biaya administrasinya, berapa dendanya bila terlambat, berapa iuran anggotanya pertahun dan setiap tanggal berapa dia harus membayar tagihan serta berapa yang harus dibayar. Menurut pandangan Faucau, hal ini berkaitan dengan kekuasaan. Jadi, pemegang kartu yang memiliki pengetahuan, dia akan berkuasa (menggunakan kartu tersebut dengan sebaik mungkin). Namun, bila tidak maka pihak bank yang akan berkuasa (beruntung)[1].
2.                  Dalam teori structuralisme, dari struktur membentuk subjek. Di dalam teori strukturalisme ada power. Sedangkan teori post-structuralism, subjek (aktor) yang membentuk struktur sehingga subjek (aktor) ini mendapatkan identitas karena ada power. Sebab, identitas adalah hal yang terpenting karena dengan itu dapat memberikan makna terhadap suatu objek dalam pemikiran kaum post-strukturalis[2]
Contoh :
Renaissans adalah contoh dari pernyataan Post-Strukturalisme tersebut dimana pada saat itu kekuatan negara bisa menciptakan sebuah pengetahuan yang wajib diyakini masyarakatnya melalui pemaksaan. Bahasa juga merupakan alasan Post-strukturalisme atas pernyataannya bahwa strukturalisasi adalah hasil dari adanya komunikasi bahasa tersendiri yang juga dipengaruhi oleh budaya dan sejarah yang berbeda-beda. Konstruksi-konstruksi yang berlaku di masyarakat tidak lain adalah dampak dari struktural yang memiliki bahasa tersendiri.
Ashley (1996) Lebih jelas mengatakan bahwa terdapat fenomena dimana terdapat bahasa yang digunakan untuk tujuan konstruksi ilmu agar pengetahuan mudah dipaksakan terhadap masyarakat. Ashley (1996) juga mengatakan bahwa ada hubungan antara power dan identitas. Jadi lebih tepatnya adalah, sebuah power memberikan peranan penting terbentuknya sebuah pengetahuan yang selanjutnya pengetahuaan akibat power tersebut menjadi sebuah identitas bagi seorang aktor dalam kehidupan sosial[3]
Sedangkan kelemahan post structuralism adalah cara pandang dalam menganalisis sebuah karya sastra. Teori ini hanya menekankan pada pemaknaan sebuah karya dari perspektif pembaca. Sedangkan dalam sebuah karya sastra juga tentu ada perspektif dari penulis, misalnya dalam sebuah karya sastra tentu ada plot, setting, characteristic dan sebagainya. Dalam suatu karya ada satu pusat makna yang menjadi satu kekuatan dalam mempersatukan semua unsur tersebut. Jadi, untuk memahami sebuah karya sastra pembaca harus terlebih dahulu memahami struktur dalam teks kemudian menginterpretasi teks[4]. Contohnya, seorang tukang pembuat kursi pasti lebih mengetahui segala sesuatu mengenai kursi buatannya daripada seorang pembeli. Begitu pula dengan karya sastra, sudah tentu yang lebih mengetahui makna suatu karya satra tersebut adalah pengarang, karena karya sastra tercipta melalui bahasa yang tertulis dalam teks, yang mana teks tersebut ditulis oleh seorang pengarang. Sehingga, mustahil pembaca dapat menafsirkan makna tanpa adanya pengarang, teks dan bahasa dalam suatu karya sastra.



[1] Teori Strukturalisme dan Post Structuralisme. diakses dari http://sociolovers-ui.blogspot.co.id/2012/06/strukutralisme-bahasan-dalam-topik-ini.html pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
[2] Devi Anggraini.Post-Structuralisme serta Post-Kolonialisme sebagai Teori Alternatif. diakses dari http://geheimniser.com/post-strukturalisme-serta-post-kolonialisme-sebagai-teori-alternatif/ pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
[3] Richard Ashley, 1996. The achievements of post-structuralism, in; Steve Smith, Ken Booth & Marysia Zalewski (eds.) International Theory: Positivism and Beyond hlm. 240-253 diakses dari http://atikah-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-139792-SOH201%20Teori%20Hubungan%20Internasional-PostStrukturalisme%20dan%20PostKolonialisme%20Sebagai%20Pihak%20Oposisi.html pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00
[4] Lia Purwaningsih, Post Structuralism. diakses dari http://liapurwaningsih-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-86352-Umum-Post%20strukturalisme.html pada tanggal 17 April 2016 pukul 10.00

No comments:

Post a Comment